Pemuda
merupakan sector dan golongan yang berjumlah besar dalam masyarakat Indonesia.
Mereka berusia muda diantara 15-30 tahun, yang mempunyai ciri-ciri khusus yakni
dinamis, mobilitas yang tinggi, aktif dan cinta perubahan. Sebagai usia yang
produktif, pemuda memiliki masa depan untuk bisa mengembangkan dirinya untuk
membangun di segala bidang menuju kemajuan bersama masyarakat.
Dilihat dari aspek usia, pemuda
berjumlah 75 Juta orang dari jumlah penduduk Indonesia sebesar
244, 8 Juta orang[1].
Pemuda tersebar sebagai pelajar dan mahasiswa, buruh, tani. Persebaran yang ada
di setiap sektor dan ciri-ciri khususnya menjadikan kedudukan peran pemuda sangat penting sebagai tenaga produktif
dalam suatu bangsa. Sejarah menunjukkan peran penting pemuda dalam gerakan
Indonesia, ditandai dengan perjuangan pemuda yang gigih bersama rakyat sejak era pra
kemerdekaan sampai dengan Gerakan Mei 1998 dan hingga saat ini.[2]
Namun penghisapan dan penindasan
oleh imperialisme, feodalisme serta kapitalisme-birokrat, membuat pemuda tidak
mempunyai kepastian untuk mengembangkan kemamupuannya sebagai tenaga produktif.
Pemuda kehilangan masa depannya mengalami
persoalan akibat system yang berlaku.
Berbagai persoalan pun kini dihadapi pemuda, mulai dari PHK massal, ketiadaan
kesempatan kerja, penghidupan yang tidak layak, biaya pendidikan yang mahal,
keterbelakangan sosial, dan diskriminasi. Di bawah sistem penindasan Setengah
Jajahan- Setengah Feodal (SJSF) yang tidak berpihak pada pemuda, masa depan
pemuda terampas baik di lapangan
ekonomi, politik dan kebudayaan, sehingga tidak memberikan tempat bagi
pengembangan diri untuk belajar dan
bekerja agar kelak dapat mengabdi kepada rakyat. Perkembangan tenaga produktif
pemuda selama ini terhambat akibat sistem setengah jajahan dan setengah feodal
di Indonesia. Negara menjadikan pemuda sebagai tenaga kerja murah dan sasaran
pemasaran saja. Rendahnya lapangan kerja dan mahalnya biaya pendidikan,
mendorong pemuda menjadi lumpen perkotaan atau pedesaan yang mempunyai karakter
dan kebudayaan yang terbelakang. Hal ini juga yang mendorong pemuda untuk
bertahan hidup melalui tindakan-tindakan anti sosial seperti; merampok,
mencuri, memakai obat terlarang, premanisme, dan lain-lain. Sehingga di usia
yang produktif, seharusnya pemuda sangat
mempunyai kepentingan terhadap ketertersediaan lapangan pekerjaan dan
pendidikan yang mampu mengembangkan dan membentuk pemuda menjadi tenaga
produktif yang dapat menopang kemandirian dan kedaulatan rakyat.
Salah-satu persebaran sektor pemuda
yang menjadi kajian dalam materi ini adalah Pemuda Mahasiswa sebagai
latar belakang dari kita. Mahasiswa sebagai sektor dan golongan yang ada di
pemuda, telah membuktikan keaktifan
bersama rakyat dari setiap babak-babak perjuangan rakyat Indonesia. Pemuda
mahasiswa mempunyai perbedaan sekaligus merupakan keuntungan yang harus
dimanfaatkan untuk menopang perubahan. Dibanding pemuda buruh, pemuda tani, pemuda
mahasiswa mempunyai keleluasaan yang besar untuk belajar memahami teori-teori
yang didapatkan di perguruan-perguruan tinggi.
Atas keadaan itu, menjadi salah-satu
factor yang mendorong Pemuda mahasiswa ambil bagian dalam perubahan sosial di tengah
masyarakat, terutama dalam ranah perjuangan
pendidikan (kebudayaan) dan lapangan kerja hingga saat ini. Akan tetapi,
kemampuan pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang diberikan
institusi pendidikan kepada mahasiswa, kerap dijadikan untuk
mendukung kepentingan imperialis AS dan feodalisme serta kapitalisme birokrat dalam
melanggengkan penghisapan dan penindasan di Indonesia. Ini menjadi persoalan yang dialami pemuda
mahasiswa dalam dunia pendidikan Indonesia yang tidak ilmiah, demokratis dan
mengabdi kepada rakyat.
Maka sudah selayaknya kita sebagai
pemuda mahasiswa dapat belajar secara teori dan praktek untuk memahami pemuda
mahasiswa dan problem pokoknya.
II. Kedudukan Pemuda
Mahasiswa dalam Masyarakat Indonesia
Sebagian
besar pimpinan pergerakan Indonesia di awal abad 20, nyaris berasal dari sektor
pemuda terutama dari kalangan pelajar (Mahasiswa). Sejarah
perjuangan mahasiswa dalam masyarakat Indonesia sangat istimewa. Pemuda
mahasiswa menggagas membentuk berbagai organisasi untuk memperjuangkan
kemerdekaan di Indonesia. Organisasi-organisasi pemuda dan mahasiswa telah
mengambil bagian di dalam masyarakat untuk berjuang membebaskan Indonesia dari dominasi imperialisme
dan feodalisme[3]. Organisasi-organisasi
pemuda dan laskar pemuda telah memberikan kontribusi besar dalam perlawanan
melawan fasisme Jepang. Mereka direkrut menjadi anggota PETA dan kemudian
berbalik menjadi kekuatan rakyat untuk melawan Jepang[4].
Demikian pula dalam perang kemerdekaan, para pemuda mahasiswa membangun laskar
pemuda untuk melawan pendudukan Belanda melalui pertempuran yang sangat sengit
bersama rakyat. Para pemuda mengorganisasikan diri dalam organisasi yang
militan dan progesif yang menumbuhkan kesadaran bagi pemuda mahasiswa, bahwa
organisasi menjadi alat bagi perjuangan rakyat untuk mencapai kemerdekaan. Para
pemuda mahasiswa dan pelajar, mereka mengorganisasikan dirinya dalam berbagai
organisasi maju dan bahkan dengan gigih terus menentang imperialisme dan tuan
tanah.
Dalam Pemerintah fasis Suharto, para pemuda mahasiswa juga
mendirikan berbagai organisasi yang maju di tengah tindasan yang hebat dari
rejim boneka AS ini. Selain perjuangan
di kampus, pemuda mahasiswa telah memberanikan diri untuk terlibat dalam
pengorganisiran-pengorganisiran dalam serikat buruh di tingkat pabrik dan
serikat tani di pedesaan. Mahasiswa mendirikan berbagai komite aksi independen
tingkat kampus, kota dan nasional. Pemuda mahasiswa juga menjadi kekuatan dalam
menjatuhkan fasisme Soeharto. Sehingga pemuda mahasiswa saat itu menjadi
sasaran refesifitas oleh rejim. Dengan berbagai kebijakan di dunia pendidikan
baik melalui norma-norma kampus sampai dengan sistem kurikulum yang membodohi,
yang bertujuan menciptakan pemuda mahasiswa menjadi kaum intelektuil, kaum profesional, praktisi atau tenaga kerja yang
kolot dan mengabdi kepada musuh-musuh rakyat. Rejim melalui birokrasi kampus
menanamkan nilai-nilai invidualisme, liberalisme pragmatis, konsumeris, anti
ilmiah, apolitis dan anti rakyat kepada mahasiswa. Selain itu, pemuda mahasiswa
juga semakin mengalami demoralisasi melalui media kebudayaan yang diciptakan
seperti film, buku, teknologi, dan obat bius, untuk melahirkan pemuda mahasiswa
yang lebih liberal sesuai kehidupan imperialisme.
Dilihat dari kedudukan
sosial, tingkat hidup dan juga pengetahuan yang dimiliki, pemuda disebut
sebagai borjuasi kecil. Artinya, Pemuda mahasiswa mempunyai kemampuan atau skill
sebagai modal dalam pengembangan hidup. Saat ini Skill yang dimiliki pemuda
mahasiswa dalam hal ilmu pengetahuan, didorong untuk mempunyai orientasi yang
mengabdi kepada kepentingan imperialisme, borjuasi komprador, tuan tanah besar
dan kabir. Sehingga pemuda mahasiswa tidak terdidik dan teorganisir untuk
mempunyai padangan dan tindakan maju untuk siap mengabdi kepada rakyat.
Akan tetapi, dengan
tempaan teori dan praktek maju yang didapatkan pemuda mahasiswa, akan berlahan-lahan
dapat mengubah karakter borjuasi kecil untuk dapat berjuang bersama rakyat
mengambil bagian dari setiap perubahan masyarakat Indonesia. Itulah
mengapa kedudukan Pemuda Mahasiswa dalam
perubahan masyarakat di Indonesia harus tetap dipertahanankan dan dikembangkan.
III. Problem Pokok Pemuda
Mahasiswa
Krisis
umum yang langsung berada di tubuh imperialisme AS berdampak pada pelimpahan
beban krisis terhadap negeri-negeri setengah jajahan-setengah feodal. Krisis di
negara-negara industri maju akibat tidak terhindarkan dari krisis umum akibat
kesenjangan ekonomi dunia yang diciptakan sistem kapitalisme monopoli
internasional. Di sisi lain, kapitalisme mempunyai watak asli yaitu ekspolitasi,
ekspansi dan akumulasi modal sebagai syarat bertahannya sistem ini di dunia.
Krisis tersebut berbentuk bertumpuk kelebihan produksi barang-barang hasil
industri, khususnya barang-barang teknologi tinggi dan persenjataan yang tidak
terjual seluruh di pasar dunia. Krisis ini disebut sebagai krisis overproduksi.
Penyebabnya adalah kesenjangan ekonomi atas daya beli masyarakat dunia yang
rendah dan kemiskinan yang menyebar kemana-mana. Selain krisis overproduksi
barang-barang di negeri imperialisme AS, terjadinya penumpukan kapital di tubuh
kapitalisme monopoli internasional AS. Krisis over produksi ini berkembang
hinggsa saat ini menjadi krisis energi, pangan sampai dengan krisis finansial. Untuk
bertahan dari terpaan krisis, imperialisme AS beserta sekutunya ditopang
oligarki finans melalui utang, bailout
untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan tersebut dari keruntuhan.
Kelebihan produksi di
negara-negara imperialisme yang tidak laku dalam perdagangan menyebabkan
lahirnya konsep efesiensi pemecatan hubungan kerja. Akan tetapi, usaha
penghematan tersebut berujung pada tumpukkan kelebihan barang hasil industri
yang tidak terbendung. Keadaan tersebut mendorong imperialisme AS membutuhkan
negara-negara setengah jajahan yang langsung di bawah dominasinya baik secara
ekonomi, politik, budaya bahkan militer seperti Indonesia. Ada 4 kepentingan
imperialis AS terhadap Indonesia, yaitu: (1) kepentingan untuk menguasai
kekayaan alam; (2) kepentingan untuk mengeksploitasi tenaga kerja murah yang
berlimpah (tenaga kerja murah); (3) Indonesia sebagai tempat pemasaraan; (4)
eksport kapital dalam bentuk utang, pinjaman. Usaha demikian yang dilakukan
untuk menyelamatkan diri dari krisis
ekonomi yang terus-menerus, yang sesungguhnya upaya tersebut tidak akan bisa membuat
imperialis lepas dari krisisnya.
A. Problem umum
Pemuda Indonesia
Persoalan umum pemuda dalam
masyarakat Indonesia setengah jajahan dan setengah adalah Pendidikan dan Pekerjaan. Sebab pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat
menjadi modal bagi pemuda untuk mengembangkan diri menjadi tenaga
produktif untuk ambil bagian dalam
memajukan kondisi rakyat Indonesia. Namun pada
kenyataannya, pendidikan yang menjadi hak dasar setiap pemuda dan warga Negara
Indonesia, masih saja dirampas oleh
Negara. Pendidikan yang dijamin dalam konstitusi UUD 1945 dimana pendidikan
adalah hak warga Negara dan pemerintah wajib menyelenggarakannya. Akan tetapi,
kebijakan liberalisasi, komersialisasi dan privatisasi, telah menjadikan pendidikan ini sebagai
komoditas yang berorientasi keuntungan. Kemudian
orientasi politik pendidikan di Indonesia, dijadikan sebagai alat kebudayaan untuk
melegitimasi segala kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi,
politik, budaya dan militer yang menguntungkan bagi imperialis AS dan
feodalisme. Sistem pendidikan yang tidak ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada
rakyat hingga saat ini, melahirkan watak-watak yang anti progesif untuk mengabdi
kepada rakyat. Sehingga saat ini banyakkita temukan kaum-kaum intelektuil baik yang
bergelar Sarjana, Master, Profesor, menjadi penghamba bagi Rejim boneka dan
perusahaan-perusahan yang melanggengkan kepentingan imperialis AS dan
feodalisme.
Sementara itu, sempitnya lapangan
pekerjaan menjadi persoalan bagi pemuda di Indonesia. Dari total angkatan kerja
di Indonesia berjumlah 118 juta orang, saat ini penggangguran di Indonesia
terhitung sebanyak 71,4 Juta dan bekerja serabutan sekitar 58 Juta orang. Sedangkan
pengangguran di usia muda di Indonesia, berjumlah 4,9 juta orang. Sementara
pengganguran yang berlatar belakang dari lulusan mahasiswa berjumlah 1,2 juta
orang[5]. Pemuda
yang disebut sebagai kekuatan produktif di Indonesia bahkan tidak diberikan
akses atas lapangan pekerjaan untuk dapat mengembangkan kemampuan skill dan
ilmu pengetahuan untuk mendukung perjuangan reforma agraria sejati dan industry
nasional di Indonesia sebagai syarat kemajuan rakyat Indonesia. Hal ini juga
dipengaruhi, bagaimana rejim boneka mempertahankan jumlah penggangguran yang
tinggi agar mendapatkan legitimasi atas politik upah murah di Indonesia.
B. Problem Khusus
Pemuda Mahasiswa Indonesia
Dari persoalaan umum pemuda
Indonesia atas pendidikan dan pekerjaan, kita menyimpulkan persoalan khusus
yang dihadapai oleh pemuda mahasiswa diantaranya yaitu;
- Lapangan kebudayaan:
- Mahalnya biaya pendidikan
membuat rendahnya akses rakyat terutama dari kalangan pemuda yang berlatar
belakang klas buruh dan tani. Sehingga ini mempertahankan kebudayaan
terbelakang yang menindas dan menghisap rakyat Indonesia.
- Sistem pendidikan nasional di
Indonesia menanamkan nilai anti ilmiah, anti demokratis dan anti mengabdi
kepada rakyat dan menjadikan pendidikan sebagai alat kebudayaan untuk mendukung kepentingan imperialis AS dan
feodalisme. Sehingga pendidikan Indonesia hanya melahirkan kaum-kaum
intelektuil yang berwatak pro imperialis AS dan borjuasi besar komprador, tuan tanah besar dan kabir yang anti reforma
agraria dan industry nasional.
2.
Lapangan Ekonomi
-Sempitnya lapangan pekerjaan dan
tidak adanya pekerjaan yang layak, menciptakan pemuda penggangguran di
Indonesia atau sebagian hanya bekerja serabutan. Demikian juga pemuda mahasiswa
yang kerap menjadi penganguran dan tidak bekerja sesuai dengan keahlian
disiplin ilmunya untuk mendukung pembangunan nasional yang mengabdi kepada
rakyat.
IV. Orientasi Peranan
Pemuda Mahasiswa dalam Perjuangan
Dalam tahap perkembangan
masyarakat Indonesia yang masih setengah jajahan dan setengah feodal di bawah
pemerintahan boneka, pemuda mahasiswa harus
mampu menggelorakan perjuangan yang berwatak demokratis yang anti feodalisme dan berwatak nasional yang anti-imperialisme. Perjuangan ini bertujuan untuk untuk menghancurkan dominasi imperialisme dan feodalisme di Indonesia , dengan memblejeti
rejim berkuasa sebagai pemerintahan boneka yang menjalankan kepentingan
musuh-musuh rakyat./
Sementara perjuangan
demokratis nasional yang paling pokok dijalankan pemuda mahasiswa di dalam
kampus, ialah mengkampanyekan pendidikan yang ilmiah, demokratis dan mengabdi
kepada rakyat sebagai wujud penolakan kita atas dominasi imperialis AS dan
feodalisme di Indonesia. Melalui perdebatan-perdebatan ilmiah, orasi-orasi
politik, menyebar tulisan, pamflet, kampanye, aksi massa, acara-acara kebudayaan, untuk membangkitkan,
mengorganisasikan dan menggerakkan dengan mengangkat persoalan-persoalan kampus
mulai dari pendidikan mahal, system kurikulum, kebebasan berorganisasi sampai
mengangkat isu-isu rakyat di ruang-ruang kuliah. Ini menjadi sebuah perwujudan
membangun perjuangan mahasiswa yang anti imperialis AS dan feodalisme. Di
samping itu, pemuda mahasiswa harus mampu melibatkan diri dengan mendukung
perjuangan klas buruh, kaum tani, nelayan, perempuan, buruh migran Indonesia,
suku minoritas yang sama-sama juga mempunyai persoalan akibat dominasi
imperialis AS dan feodalisme di Indonesia. Persatuan pemuda mahasiswa bersama
rakyat, adalah sebuah keharusan untuk tidak memisahkan pemuda mahasiswa dengan
perjuangan rakyat. Ini upaya kita untuk mewujudkan pendidikan ilmiah,
demokratis dan mengabdi kepada rakyat.
Karena hanya dengan persatuan pula, persoalan-persoalan rakyat atau
pemuda mahasiswa itu sendiri dapat kita selesaikan.
Sumber : Front Mahasiswa Nasional [FMN]
Belum ada tanggapan untuk "Pemuda Mahasiswa dan Problem Pokoknya"
Posting Komentar